Solopos.com, KLATEN–Program
minapolitan di Kecamatan Polanharjo tak berjalan maksimal sejak 2014. Hal itu
disebabkan pasokan air bersih di kawasan tersebut dinilai sangat kurang.
Data yang dihimpun Solopos.com, desa yang
disiapkan mengembangkan minapolitan, yakni Jimus, Nganjat, Ponggok, Janti, dan
Sidowayah. Dari jumlah tersebut, desa yang masih mempertahankan program
minapolitan, yakni Desa Nganjat. Selebihnya, program minapolitan berjalan tak
maksimal.
“Memang minapolitan yang berjalan hanya di
Nganjat. Di sana, ada pasokan air yang berlimpah dari Umbul Ponggok. Air
menjadi faktor penting dalam pengembangbiakan ikan, terutama ikan nila. Kalau
ada airnya, tapi mandek, itu tak maksimal. Yang dibutuhkan untuk
mengembangbiakkan ikan nila adalah air yang mengalir tiap waktu,” kata Camat
Polanharjo, Milias Dwi Ariana, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Jumat
(19/2/2016).
Menyikapi tak maksimalnya produksi ikan di
beberapa desa, lanjut Milias Dwi Ariana, perlu dilakukan pemetaan daerah.
Pemetaan tersebut disesuaikan dengan ciri khas masing-masing desa.
“Program minapolitan itu dimulai sebelum 2014. Yang di Nganjat akan terus dikembangkan karena alamnya mendukung. Sedangkan, daerah lain akan dijadikan daerah pendukung, seperti di Jimus untuk pembenihan, Sidowayah untuk pemasaran, dan sejenisnya. Sehingga, minapolitan di sini nanti sifatnya terpadu [tingkat kecamatan],” katanya.
“Program minapolitan itu dimulai sebelum 2014. Yang di Nganjat akan terus dikembangkan karena alamnya mendukung. Sedangkan, daerah lain akan dijadikan daerah pendukung, seperti di Jimus untuk pembenihan, Sidowayah untuk pemasaran, dan sejenisnya. Sehingga, minapolitan di sini nanti sifatnya terpadu [tingkat kecamatan],” katanya.
Milias mengatakan pengembangbiakan minapolitan
dilakukan dengan menggandeng Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten. Hal itu
termasuk pengembangan program mina padi.
“Di Nganjat, mina padi juga sudah berjalan
[program mina padi di Nganjat mencapai 12 hektare. Faktor pendukung lahan yang
bebas banjir, persediaan air yang berlimpah, lahan lebih baik berupa hamparan,
cuaca yang mendukung],” katanya.
Terpisah, Kepala Desa (Kades) Nganjat, Pandu
Sudjatmiko, mengatakan produksi ikan nila di Nganjat termasuk yang terbesar di
Kota Bersinar. Dalam satu pekan, produksi ikan nila di Nganjat mencapai 10 ton.
Pemasaran ikan di Nganjat berada di Klaten, Solo, Jogja, Semarang, Wonosobo,
dan daerah lainnya di Jateng.
“Di Nganjat itu menjadi sentra pembesaran. Ada
puluhan warga kami yang bergerak di bidang perikanan. Di tempat kami dilakukan
sistem menajamen budidaya terpadu. Kunci utama pembesaran ikan nila memang
harus mencapai 100-200 liter per detik,” katanya.
Sebagaimana diketahui, produksi ikan di Klaten
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak beberapa tahun terakhir.
Produksi ikan 2012 mencapai 11.000 ton, produksi 2013 mencapai 18.000 ton, 2014
mencapai 25.000 ton, 2015 bisa mencapai 26.000 ton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar